Film Habibie &
Ainun memang mempunyai cerita yang menarik. Tidak saja bercerita tentang
kisah cinta dua sejoli tetapi juga berkisah tentang nasionalisme dan
patriotisme. Suatu kisah yang dilakoni dengan apik antara dua insan yang
dikenal dengan kecerdasan di atas rata-rata. Sosok Habibie tidak
diragukan lagi akan kecerdasan dan kejeniusannya. Seabrek gelar
di bidang teknik disandangnya melalui perjuangan yang keras dan berliku
yang didapatkan dari sebuah negara yang menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan, uber alles, Jerman. Sedangkan Ainun adalah seorang
dokter.
Walaupun sama cerdas,
kisah cinta mereka tidaklah dilakoni secara rumit bahkan sangat
sederhana. Ini bisa dilihat bagaimana ketika Habibie muda berkunjung ke
rumah Ainun dengan naik becak, sedangkan para “rival” Habiibie naik
mobil. Rupanya cinta mempersatukan mereka. Kata-kata yang dikatakan
Habibie ketika meminta Ainun menjadi istrinya cukup realistis dan
mengena: “Aku tidak bisa memberikan apa-apa kepadamu tetapi aku berjanji
akan menjadi suami yang baik”. Dan jawaban Ainun tidak kalah
mengenanya: “Mungkin aku tidak bisa menjadi istri yang baik tetapi aku
berjanji akan selalu mendampingimu”. Suatu kata-kata yang menyentuh dan
dalam memang.
Setelah menikah
diboyongnya Ainun ke Jerman untuk sekolah dan berkarier. Awal-awal
pernikahan itu memang dilalui cukup berat. Karena belum cukup mapan maka
mereka berdua tinggal di flat kecil, sedangkan untuk mengirit
pengeluaran Habibie rela jalan kaki pulang ke tempat tinggalnya. Sempat
pula Ainun “putus asa“ menjalani kehidupan seperti itu dan ingin kembali
ke Indonesia. Dan habibie menghiburnya bahwa kehidupan ini seperti
melewati terowongan gelap yang tidak tahu di mana arahnya, tetapi di
ujung sana pasti asa seberkas cahaya. Dan Habibe berjanji membawa Ainun
menuju cahaya itu, Ainun pun merasa tenang.
Dasar memang manusia
cerdas, pada akhirnya Habibie meniti karier yang cemerlang di Jerman.
Dan rupanya di Indonesia pada waktu itu era awal orde baru sedang
giat-giatnya membangun, dan Habibie di minta pulang untuk berperan
serta. Di akhir tujuh puluhan Habibie pulang ke Indonesia dan diberi
jabatan menteri dan posisi strategis lainnya oleh mantan presiden
Suharto. Kepulangan ke tanah air inilah yang sebenarnya dikehendaki
Habibie. Untuk memenuhi sumpahnya sewaktu studi di Jerman Habibie tergolek sakit dengan menulis sebuah puisi yang berisi
akan mengabdikan ilmunya untuk ibu pertiwi. Tugasnya adalah melaksanakan
misi besar membuat pesawat terbang buatan bangsa sendiri.
Proyek membuat pesawat
adalah suatu langkah terobosan melangkah jauh ke depan. Ini
adalah sebuah perwujudan teknologi tinggi, langsung pembuatan pesawat
tidak melalui teknologi fase dibawahnya seperti membuat mobil atau
sepeda motor terlebih dahulu. Karena ini proyek besar maka banyak pihak
yang ingin mengambil untung dari situ. Habibie berhasil mempertahankan
integritasnya untuk tidak mengikuti cara jalan pintas yang dianggap
tidak prosedur dan merugikan negara. Kuatnya Habibie menjaga integritas
itu tidak terlepas juga dengan keteguhan Ainun untuk menjaga Habibie
sehingga tidak terjerumus dalam godaan kekayaan dan kekuasaan.
Dan akhirnya usaha
keras Habibie beserta tim membuahkan hasil. Pesawat terbang buatan anak
bangsa seri N 250 yang diberi nama Gatotkaca siap diterbangkan perdana.
Banyak keraguan pada peluncuran itu, termasuk mantan presiden Suharto
yang dikhabarkan tidak akan hadir. Inilah pertaruhan besar Habibi atas
karyanya, yang dinyatakan sebagai tindakan abnormal. 10 Agustus 1995
adalah tonggak bersejarah bangsa Indonesia atas karya bangsa sendiri.
Mantan presiden Suharto akhirnya datang dan menyempatkan masuk pesawat
sebelum terbang. Dengan siaran langsung TVRI akhirnya pesawat itu sukses
terbang, rakyat pun turut bergembira karena sebagai bangsa yang tidak
diremehkan lagi.
Habibie pun terjun ke
dunia politik dengan diminta mantan presiden Suharto menjadi wakilnya
tahun 1998. Tahun 1998 adalah tahun tidak mengenakkan bagi bagsa
Indonesia, perekonomian merosot akibat krisis multi dimensi. Rakyat
tidak menghendaki Suharto berkuasa lagi, dan pada akhirnya Suharto
menyatakan berhenti dan secara otomatis Habibie sebagai wakil Presiden
diangkat menjadi Presiden. Habibie adalah tipe pekerja keras bagaimana
memikirkan bangsa ini keluar dari krisis. Kesibukan di sana-sini
sehingga uruasan keluarga banyak terabaikan, bahkan dalam sehari cuma
tidur satu jam saja.
Aktifitas
sebagai presiden yang menguras tenaga dan pikiran, sering dikhawatirkan
Ainun, padahal Ainun sendiri juga menderita sakit. Namun
Ainun pandai menyembunyikan penyakitnya agar terlihat sehat selalu, hal
ini dilakukan agar Habibie tenang dan tidak merasa khawatir. Pernah
suatu ketika ibu negara ini menghadiri sebuah aktifitas bank mata, dan
menghentikan sambutannya karena tidak kuat lagi menahan sakit. Sempat
ditolong ajudannya, dan berpesan agar keadaan ini tidak disampaikan ke
Habibie.
Tahun 2000 Habibie
tidak mencalonkan diri sebagai presiden karena pertanggungjawabannya
ditolak. Dan akhirnya Habibie dapat kembali bersua dengan keluarga.
Akibat kondisi negara dalam menata kembali perekonomian, proyek
pengembangan pesawat terpaksa dihentikan, sayang memang. Suatu ketika
Habibie dan Ainun berkunjung ke hanggar tempat hasil karyanya itu.
Pesawat tampak berdebu, Ainun menghibur kekasihnya itu dengan
membersihkan tangan Habibie yang berdebu setelah mengusap pesawatnya.
Habibie berkata bahwa pesawat ini hasil dari kerja keras yang harus
dibayar mahal dengan mengorbankan perhatiannya
terhadap istri dan anak-anaknya. Dan Ainun merasa tidak dikorbankan
karena ini merupakan konsekwensi dari kecintaan kepada bangsa dan
negara.
Pengorbanan Ainun memang cukup besar. Tanpa terasa penyakit yang
dideritanya sudah cukup parah. Segala upaya telah dilakukan, termasuk
membawanya ke Jerman dengan perawatan terbaik. Habibie sendiri yang
menjaga Ainun. Pada suatu ketika Habibie melihat Ainun sedih. Ketika ditanya Habibie apakah Ainun merasa sakit,
ternyata tidak, jawabannya adalah Ainun merasa khawatir terhadap Habibie yang begitu letih dan tidak ada yang menjaganya. Di
saat-saat itulah film ini terasa mengharukan, dan tidak heran pula bila
SBY meneteskan air mata saat nonton bareng pemutaran perdana film ini.
Tuhan punya
rencana-Nya sendiri, Ainun harus kembali kepangkuan-Nya pada 22 Mei
2010. Habibie cukup tegar menghadapi cobaan ini, dan orang banyak kagum
atas kisah kedua sejoli ini. Habibie menyikapinya dengan sikap rendah
hati seperti dalam penggalan puisi yang dibuatnya…
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang …
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik …
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik …
Mana mungkin aku setia padahal memang
kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga
aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu
seperti ini …
Selamat jalan …
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya …
Selamat jalan …
Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya …
Film ini tampak semakin apik dengan
alunan lagu OST Cinta Sejati yang dinyanyikan dan pemeran Ainun, Bunga
Citra Lestari. Kita yang mendengarkan lagunya akan sepakat dengan
penggalan liriknya:
Cinta kita melukiskan
sejarah
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati
Menggelarkan cerita penuh suka cita
Sehingga siapa pun insan Tuhan
Pasti tahu cinta kita sejati
Tiga cinta
Versi Habibie
Untuk masalah akting,
patut diancungi jempol buat Reza Rahardian yang begitu menjiwai sosok
Habibie. Saya sendiri sebelumnya menyangsikannya, ternyata dugaan itu
salah, Reza memang pantas untuk itu. Flim ini
memang tidak dapat menggambarkan secara utuh kisah dua sejoli ini.
Dengan durasi sekitar dua jam paling tidak mampu menggambarkan bagaimana
baiknya mengelola cinta itu. Hal ini ditegaskan Habibie setelah nonton
bareng pemutaran film tentang kisahnya ini (17/12). Menurutnya ada tiga
cerminan cinta. Pertama, cinta kepada
sesama manusia mulai pada orang tuanya, istrinya, anaknya, kawannya,
cucunya semua lingkungannya. Kedua, adalah cinta kepada
karya-karya yang positif dari umat manusia yang dicintai, itu kita harus
junjung tinggi, termasuk juga budaya, demokrasi, kebebasan yang
bertanggung jawab. Ketiga, adalah sebuah kecintaan untuk
melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya. Cinta pada pelaksanaan
pekerjaannya sesempurna mungkin dengan pengorbanan serendah mungkin,
dengan kualitas yang tinggi.
Cinta, pengorbanan,
dan kesetiaan adalah kata kerja yang dilalui untuk membuktikan secara
total seseorang untuk menjalani kehidupan yang
penuh rintangan. Ainun dan Habibie mampu menjalani semua itu secara
bersama dan tidak ada yang dapat memisahkannya, kecuali maut
menjemputnya. Takdir menggariskan Ainun meninggalkan Habibie terlebih
dahulu. Cukup pantas bila Habiibie dipandang sebagai lelaki yang tidak
hanya dikenal sebagai seorang yang genius,demokrat atau negarawan tetapi
juga sebagai seorang yang setia dan romantis. Tidak saja pada kekasih
tercintanya –Ainun-, melainkan kepada agama, bangsa, dan negara. Maka adalah suatu tuduhan yang sangat keji jika ada
yang menyatakan Habibie seorang penghianat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar