Di
tengah kesibukan bulan ini, di tengah lelahnya raga karena setiap hari
bekerja dan kuliah di malam hari, di tengah deadline skripsi yang
mendekati tanggal penyerahannya, hari ini saya pun memutuskan untuk
bergabung bersama teman-teman melanglang buana demi menyaksikan langsung
bagaimana kesejatiaan cinta Pak Habibie kepada istrinya (Ibu Ainun).
Sure, this movie is so touching and teaching the true role of woman in
contemporer period ever.
Sebuah
mahakarya film yang diadopsi langsung dari novel Habibie & Ainun,
novel yang secara langsung ditulis oleh Bapak B.J. Habibie untuk
mengenang almarhumah istri tercintanya. Movie ini diperankan secara
totalitas oleh Reza Rahardian (sebagai Habibie) dan Bunga Citra
Lestari (sebagai Ainun). Reza Rahardian yang sangat dikenal
professional dalam peran skenarionya, dan kali ini mampu meniru gaya
khas sang professor dengan logat Jerman yang “mengena”. Tak kalah
bagusnya dengan peran BCL yang biasanya tampil cantik dan glamour, namun
kali ini mampu menampilkan kesederhanaan sebagai pribadi alm. Ainun.
Sesungguhnya
novel ini adalah manifestasi dari kisah perjalanan romantis kehidupan
Habibie-Ainun serta menunjukkan secara langsung peran wanita yang
sejatinya adalah penyokong dari suksesnya seorang pria. Bapak Bachruddin
Jusuf Habibie adalah sosok laki-laki yang nasionalisme. Kejeniusan Pak
Habibie sesungguhnya adalah aset bangsa yang sepatutnya diberdayakan.
Namun sayang, pemerintah dan rakyat Indonesia banyak tidak menyadarinya.
Bahkan “menyia-nyiakan” Pak Habibie, padahal Jerman pun mengakui dan
sangat mengapresiasi kontribusi Pak Habibie dalam memajukan
perindustrian strategis negara mereka.
Perjuangan
nasionalisme Habibie sangat jelas terlihat di film ketika dia berhasil
mendapatkan gelar doktor dan ingin mengabdikan seutuhnya dirinya untuk
Indonesia, namun sayang bangsa ini menyia-nyiakan aset emasnya yang
begitu cemerlang. Sesungguhnya kepulangan Habibie dari Jerman adalah
untuk membangkitkan bangsa Indonesia bahwa Indonesia MAMPU membuat
pesawat terbang sendiri, walaupun mereka tidak pernah percaya.
Namun dengan semangat dan cita-cita tingginya untuk menghubungkan 1500
pulau Indonesia dengan kemudahan transporatsi dan ringannya biaya, Pesawat
N-250 yang merupakan karya anak negeri dengan rancangan yang
menggunakan teknologi akhirnya berhasil diluncurkan pada tahun 1995 dan
menjadi pesawat primadona pada saat itu.
Lebih
lanjut, movie ini juga menyajikan adegan dramatisir, yaitu ketika Pak
Habibie turun dari amanahnya memimpin Indonesia serta ditutupnya IPTN
pada saat itu. IPTN adalah wadah Habibie dalam membangun perindustrian
pesawat di Indonesia. Di depan Ibu Ainun dengan meneteskan air mata, Pak
Habibie berkata: Seluruh hidupku kupersembahkan untuk Indonesia melalui
pesawat ini. Dia (pesawat yang ditunjuk oleh Habibie di depan Ainun)
telah menyitakan waktuku darimu dan anak-anak. Semoga melalui kisah
Bapak dan Ibu presiden ke-3 Republik Indonesia, bangsa Indonesia ke
depannya lebih percaya terhadap kemampuan anak bangsanya
sendiri.
———————————————————————————————————-
Pertemuan
Pak Habibie dan Bu Ainun diawali dari masa kecil mereka saat menduduki
bangku SMA, mereka adalah dua bintang kelas yang sangat populer di
sekolah. Ibu Ainun dikenal sebagai primadona sekolah dan Pak Habibie
adalah sosok yangterkenal jago bidang saintis. Guru mereka juga sering
menjodohkan mereka karena kepintaran serupa yang mereka miliki. Bahkan
saat ditanya mengenai mengenai mengapa warna langit itu biru, mereka
menjawabnya dengan jawaban saintis yang sama.
Sebenarnya
Ibu Ainun adalah sosok wanita yang manis (oleh karena itu pak Habibie
memanggilnya dengan sebutan “gula jawa”). Namun Pak Habibie gengsi untuk
mengakuinya. Walaupun sebagai “putri” sekolah, hal ini tidak
menggetarkan hati Habibie remaja untuk mendekatiya. Sepulang dari luar
negeri untuk menempuh pendidikan, pak Habibie baru muali menyadari
pesona bu Ainun, saat bermain ke rumah temannya yang kebetulan adalah
kakak dari bu Ainun.
Beliau
tiba-tiba melihat Ainun sedang memakai pakaian kasual gadis jawa sambil
duduk menikmati jahitan di depan di mesin jahit, hal ini membuat
Habibie terperangah dan beliau berkata:
Ainun,
cantik sekali. Bagaimana mungkin gula jawa telah berubah menjadi gula
pasir?
Kisah
ini berlanjut hingga akhirnya mereka dipertemukan menjadi satu di
pelaminan. Hingga Pak Habibie pun mengucapkan kata demikian:
Terimakasih
ya Allah Engkau lahirkan aku untuk Ainun dan Ainun untuk saya.
Terimakasih
ya Allah Engkau pertemukan aku dengan Ainun dan Ainun dengan saya.
Kisah
cinta sejati Habibie-Ainun menyertai kehidupan rumah tangga mereka yang
sakinah. Bu Ainun telah mampu menjalankan perannya sebagai istri dengan
sempurna. Beliau adalah sosok wanita yang mampu melahirkan suami
seperti Habibie. Di balik kuat dan gentarnya seorang Habibie, ada peran
Ainun di belakangnya. Di balik kesuksesan anak-anak mereka, ada peran
sang Ainun yang menjadi guru di madrasah rumah tangga mereka. Ibu Ainun
adalah seorang dokter, namun dia memilih untuk tidak bekerja karena
ingin mengabdikan sepenuh dirinya bagi suami dan anak-anaknya. Beliau
tidak ingin kasih dan sayangnya diberikan kepada yang orang lain dan
beliau pun tidak ingin anak-anaknya mendapatkan cinta kasih dari tangan
wanita lain (perawat/pengasuh anak). Berikut ucapan Bu Ainun:
“Mengapa
saya tidak bekerja? Bukankah saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin
saya bekerja waktu itu. Namun saya berpikir buat apa uang tambahan dan
kepuasan batin yang barangkali cukup banyak itu jika akhirnya hanya
diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan
resiko kami kehilangan kedekatan pada anak sendiri?
Apa artinya tambahan uang dan
kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang
sendiri, dan saya bentuk pribadinya sendiri? Anak saya akan tidak
memiliki ibu.
Seimbangkah anak kehilangan
ibu bapaknya, seimbangkah orang tua kehilangan anaknya, dengan uang dan
kepuasan pribadi tambahan karena bekerja? Itulah sebabnya saya
memutuskan menerima hidup pas-pasan. Bertahun- tahun kami bertiga hidup
begitu.”
Ibu
Ainun memang merupakan sumber inspirasi Bapak Habibie. Sumber kekuatan
terbesar Habibie dalam menjalani hidupnya. Hal ini terbukti langsung
ketika Ibu Ainun telah meninggal. Betapa Bapak Habibie begitu kehilangan
separuh jiwanya.
*separuh
jiwaku pergi*
Dalam
48 tahun 10 hari kami bersama,tak pernah kami berpisah..
Saya
tidak pernah menyangka ada perasaan yang sehebat ini„,tapi sekaligus
perih juga…
Saya tidak pernah bayangkan akan kehilangan seperti ini…
Tapi
saya yakin„walaupun separuh jiwa saya serasa pergi„
tapi
Ibu tetap tinggal di dalam ini (sambil menepuk dada)
Setiap
saya memejamkan mata„
saya
merasa bisa melihat Ibu di setiap ruangan ini..”
Kata
kata selanjutnya yang beliau lontarkan diucapkan sedemikian rupa agar
beliau bisa tegar tanpa separuh jiwanya.
“Aku
ingat lekat sepasang mata dan senyumannya,
kini
aku merasakan bayang matanya menghilang perlahan – lahan.
Itu
masalahku, dan harus kuatasi itu.
ibu
memang sudah pergi, tapi dia tidak pernah pergi dari hati saya”
“jika
kamu punya rencana masa depan,
saya
tidak punya hak untuk tidak menjunjung tinggi rencana dan harapan masa
depan kamu itu.”
Sepanjang
episode ini saya benar- benar menitikkan air mata. Ternyata ada juga
kisah cinta antara manusia yang dilandasi rasa cinta murni seperti kisah
pak Habibie dan bu Ainun. Catatan terakhir yang bisa saya sharing
adalah surat terakhir Bapak Habibie untuk Almarumah Ibu Ainun.
Sebenarnya
ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena,
aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan
kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan
kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi
yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah
kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam
diri seseorang,
sekejap
saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,
hatiku
seperti tak di tempatnya,
dan
tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau
tahu sayang,
rasanya
seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada
airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada
kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau
ada,
aku
bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka
mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa
mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana
mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi
kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,
kau
ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Selamat
jalan,
Kau
dari-Nya, dan kembali pada-Nya,
kau
dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada.
selamat
jalan sayang,
cahaya
mataku, penyejuk jiwaku,
Selamat
jalan, calon bidadari surgaku ….
(BJ.HABIBIE)
Sebuah
kado kalimat cinta untuk seluruh wanita yang merupakan sumber kekuatan
tertinggi bagi laki-laki:
“Banyak
pria hebat menjadikan wanita sebagai sumber inspirasi dan motivasi yang
tertinggi. Selalu ada perempuan kuat dibalik lelaki hebat. Entah itu
berperan sebagai ibu, isteri, kekasih, atau sahabat. Karena itu, ia
dianggap sebagai tonggak –tonggak penyangga sebuah peradaban”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar